Tuesday, August 31, 2010

Mimpi-mimpi dalam Sajakku

bisik angin pada dinding bersama awan
aku terpaku dalam ruang bersama anganku
derit roda perlahan tertatih terhenti kala merah menyala

jerit malam pada bulan dan bintang membisu
purba menjelma seketika dibalik jendela
bias lampu - lampu merayap susuri dingin
sibak kabut bandung dalam balutan mendung

aku tak tahu lagi harus bagaimana,
korden jendela pun mengejekku
kembali kutatap sepi jalanan di hadapanku

kau muncul bersama senyum dan kerling matamu
menatap tajam ke arahku
aku hanya bisa diam tanpa pembelaan
tersudut dalam beku kerinduan

aku tak tahu lagi harus bagaimana
selimut putih pun turut lantang memakiku
kembali kutatap sepi jalanan dihadapanku

rebah lelah tubuh dalam buai pendingin ruang
kususun kembali bayangmu dalam teka-teki hidup
bias sinar dan senyummu menyembul tiba-tiba
aku menghiba pada malam
akankah kau kan datang distasiun mimpiku
seperti mimpi-mimpi dalam sajakku

Wednesday, August 25, 2010

Sepasang Kupu-kupu dalam Buai Purnama

Senja berselendang semburat merah
dua kepompong bergelayut pada dahan pisang
terayun-ayun dalam buai angin senja
perlahan mendung berarak selimuti senja

dalam temaram senja kepompong bergerak
perlahan menjelma kupu-kupu
terbuka mata pandangi musim cinta
terbang beriring di remang petang

beriring serasi hangatkan rasa
indah purnama perlahan biaskan sinar
kemilau di kedua sayap pun membias
tebarkan pesona di musim cinta

kupu-kupu terbang dalam ayunan purnama
diantara tebaran lampu-lampu dunia
kupu-kupu tetap beriring menari
tebas purnama berkali hingga bayang pun menjelma

bayang sepasang kupu-kupu
dimalam purnama kedua ini
membuai hati dan rasa
dalam sajak-sajakku

Tuesday, August 24, 2010

Pelangi Lingkari Purnama dalam Sajakku

langit benderang dalam buaian purnama
karpet biru tergelar memayung di langit
dingin pun turut kian menggigit
pendarkan rasa dalam sajakku

senja tadi kau merasuk perlahan
sandingkan rasa dalam kalbuku
dalam buaian gerimis satu-satu

bayang matamu siratkan sejuta makna
hingga sajak-sajak baru tertoreh
rangkai makna hujamkan rasa
indah dalam tiap sudut

malam ini kau kembali hadir
bersanding bersama pelangi lingkari purnama
pandangi aku yang tersketsa
pada senyum dan sayu matamu
hingga kata pun terangkai
tingkahi sajak-sajakku

Monday, August 23, 2010

Purnama, Mendung dan Sajakku

masih basah tanah tersiram gerimis satu-satu
senja itu pun muram dalam balutan mendung
merangkak perlahan tertatih renungi langkah

tanah basah, dingin mewabah kelam pun sekarat
tersibak tiba-tiba dalam balutan purnama
bulan tak lagi separoh, binar cahaya berpendar
langit biru pun tergelar

lukisan itu,
biru yang berpendar bersama purnama musnah
terbalut kabut yang menghitam tiba-tiba
kulihat kelam kembali selimuti purnama

purnama malam ini
tak seterang purnama dalam sajakku
kata kan tetap terangkai
frasa kan tetap tereja
bait kan tetap bermakna
walau mendung selimuti langit dan rembulanku

Tuesday, August 17, 2010

Dalam Telaga Matamu

Tiap kali terbayang kornea itu
serasa rasa meradang
seperti menatap telaga
di bening mengalir makna
kucoba rangkai makna menjadi sajak
kulihat jernih kaca bergelombang
aku pun berkaca pada korneamu mencermati diriku

Kutatap diam-diam dalam telaga bening itu
Riak itu menyembul mengalir satu-satu
Perlahan membentuk butiran-butiran bening.
Telaga itu pun berkabut.
perlahan rasa itu tak bernama
otakku tak sanggup menguraikan
Ada gairah di setiap langkah kaki, ringan, melayang
Bernyanyi, tersenyum riang

Semuanya menjadi abu-abu. Tak ada hitam, tak ada putih
tak dapat kubedakan
Tetapi aku semakin terpenjara rasa
Rasa itu kembali hadir dalam memori pertemuan
Aku marah pada waktu yang merangkak bak siput

Aku tersenyum mengingat
walau tak ada yang lucu
Mencermati wajah setiap senti dalam ingatan.
Aku tak lupa. Aku pun tak tahu apa sebabnya.
Tetapi aku tak kuasa melawan rasa
di Aryaduta merangkak rindu perlahan

Monday, August 16, 2010

Mendung Berarak di atas Aryaduta

jendela bisu memandangku penuh tanya
"adakah yang kau lamunkan kenapa diam?"
kupandangi kunang-kunang jalanan
berarak di bawah gelayut awan pagi ini

sendiri mematung di atas gedung aryaduta
menerawang jauh menghempas pada sebuah wajah
remeh remeh yang berserak terhempas
membentur dinding dinding kesadaran

gedung-gedung tinggi bagai tembok jiwa
halangi hati tuk satukan remeh berserak
emosi angin cerai beraikan titik-titik kenangan
tak mampu satukan lukisan indah dalam lembar jiwa

sendiri mematung di gedung artayuda
menerawang menghempas pada sebuah wajah

Tuesday, August 10, 2010

Almanak Lusuh di Dinding Bisu

satu per satu tanggal berlalu dalam bisu
almanak lusuh masih bertahta diantara memori
berkali tanggal tersketsa bayangmu

detik tak peduli tanggal yang berteriak
detik tetap berlalu dengan cerita sajak-sajakku

aku hanya bisa mengeja
hanya bisa merangkai
retak-retak yang melebar

almanak lusuh tetap membisu
dalam detik tinggalkan cerita lalu

Saturday, August 7, 2010

Kemarau pun Membasah tiap Waktu

kemarau tak lagi gersangkan pekarangan
kering yang dulu terjadi
kini selalu basah dengan rintik satu-satu

seperti indah senyummu
seperti indah kerling matamu
seperti damai di sisimu
kemarau pun membasah tiap waktu

Wednesday, August 4, 2010

Senja dalam Kabut Bisu

Tanpa kata kau tatap aku dengan korneamu
tanpa kata kau rangkai senyum di bibirmu
tanpa kata telapak tangan kita menyatu
hanya rasa berkecamuk seiring gerimis satu-satu

senja, gerimis, hujan dan kita diam
nikmati senja dalam kabut bisu

Tuesday, August 3, 2010

Kau pun Mengembara di tiap Tidurku

Kau yang kini hadir menyapaku
yang tak lelah berputar dipelupuk mataku
yang selalu manja bergelayut dipundakku
yang menyatu dalam desah nafasku

kerling korneamu malu tuk sapa pelangi di mataku
kau pun mengembara ditiap tidurku
hanyut dalam lingkar semu abu-abu
semakin bergolak berteriak hingga degup pun
berdetak melintas bawa kerinduan
adakah rindu yang sama tergurat di lembar memorimu?