Saturday, June 26, 2010

Gundahku di Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk

Kembali membuka kenangan di kepala,
membias hari yang gersang dan berpura-pura riang
tak ada yang bisa mencegah lamunan tuk membuka episodemu
aku takkan lupa akan kalimatmu yang membuat koma sajak-sajakku

Di atas ferry penyeberangan Ketapang-Gilimanuk
mengucur deras angin menerpa anganku
rindu seakan mengembara di terjal perbukitan
kian merangkak tuk gapai puncak
menyiksa diri dalam kesunyian

haruskah kutulis gundahku
dalam sajak-sajak airmatamu atau
kutelan bayangmu bersama debur
ombak selat Bali
meski kenangan itu tetap berada dalam sajak-sajakku

Sunday, June 20, 2010

Senja dan Malam dalam Memori Sajakku

Angin pesisir merayap semilir singkap semburat merah di ujung langit
rintih mendesah pada biru lembar sajak-sajak kita
sajak yang perlahan menua meniti kalander jiwa
hanya senja tetap sendiri, sepi menanti gemintang rembulan

gelap pun jatuh meluruh jauh ke pangkuan hati
selimuti senja dengan selimut mimpi
tiada kata sajak berpadu pada haru suram senja hati
mentari setengah jingga seakan menahan laju cerita kita

senja tak habis dan takkan pernah usai di ujung hari
tanganmu kian erat genggam tanganku menjalin kemesraan
bernaung pada senja merayap kelam pucat merona
pertemuan senja dan malam hanya ada dalam sajak kita
sendiri luruh singkap memori atas semua yang pernah ada

Saturday, June 5, 2010

Di bawah Bulan Separoh Malam Ini

terpaku mematung di hamparan pasir
lepas pandangan ke tengah lautan
kilau pantulan sinar sang malam
bagai kaca si kecil diombang-ambingkan
sang penguasa lautan

walau separoh
purnama tetap tinggalkan jejak di langit

pasir lembut paksakan aku tuk sekedar
sandarkan lelah tubuh ini
semakin malam angin semakin tunjukkan jatidirinya

genderang tetap meradang di telingaku
tawa riang si rambut pirang dan bau bir tak pernah reda
dari indera pendengaran dan penciumanku

Kau tetaplah pantai seperti pantai-pantai lain
hanya mereka yang membedakanmu
kusapa kau tiap senja, tak bosan rasanya rasakan
riak-riakmu, debur riangmu dan aromamu

masih kuingat senja tadi
kau rengkuh ratusan toge'-toge' kepelukanmu
diiringi teriak riang dan tepuk tangan
dari si putih, si hitam, si coklat

itulah senja yang kan pisahkan kita esok,
kau tetaplah kuta
kuta yang tak pernah tercemar
walau multi kultur tlah hiasi hari harimu

malam ini kutingkahi kamu
esok ku kan kembali, esok pula
aku tak sapa kembali

di bawah bulan separo malam ini
kusapa kau, moga esok kan kembali
kusapa kau untuk sajak-sajakku
di sini pula rinduku berpeluk
karena bayangmu selalu hadir menari