Wednesday, February 18, 2009

Kebo Giro

"Ning Nong Ning gung Ning Nong Ning gung........"
Mengalun perlahan dan mengumandang ketika aku masuki gang desa kemusuk, jatisari.
"sekarang dah seperti apa dia sekarang?gagahkah suaminya?"
Aku hanya bisa membayangkan wajahnya.
Intan yang kukenal anggun, manis, dengan senyum khas dan lesung pipit menghias pipinya.adakah yang berbeda? Kulangkahkan kaki menuju ke rumah yang telah penuh dengan tenda dan kursi terjajar rapi.
"Ah terlalu pagi aku datang." pikirku.
Kulihat hanya beberapa among tamu yang sudah siap di masing-masing tugasnya.
Kubelokkan arah menuju rumah pak Dhe. rumah yang selalu aku singgahi tiap kali aku main ke rumah Intan.
"apakah kumis ayahnya masih juga mbaplang di bawah hidungnya?" yang selalu membuat pemuda takut datang ke rumah Intan" tiba-tiba pertanyaan itu menggelitik hatiku.
"Intan Kasihan Ya...." tiba-tiba kudengar dua perempuan membicarakannya.
ku berhenti sejenak di bawah pohon tidak jauh dari mereka duduk.
"Iya. dia kan dulu dah pacaran apa Mas Nugroho yang mahasiswa itu. tapi kenapa dia malah memilih Shulton si preman itu....."
"ah khan Bapaknya gak setuju, habis bapaknya tlah sepakat untuk besanan dengan bapaknya Shulton. jadi Intan mengalah"
"tapi kasihan lho. walau kaya. tapi kan nggak cinta"
Kupercepat langkahku dengan tidak menengok ke arah mereka. Kutakut mereka mengenaliku. Berkecamuk dalam hatiku berbagai pikiran kotor. haruskan aku larikan Intan karena ia mencintaiku? ataukah kubiarkan dia menikah tanpa rasa cinta.
remuk, kasihan, haru menjadi satu. aku tidak tahu harus Bagaimana menghadapi ini.
"sabarlah kamu sayang. terimalah titah ini."
kuketuk rumah pakde. kumasuki dan kududuk di kursi panjang dengan pikiran yang jauh ke rumah Intan
"Ni surat dari Intan" kemarin adiknya nitip untuk kami kalau datang" kata Pak dhe
kubuka dan kubaca perlahan sambil rebaha.
"maafkan aku mas Nug. aku tak sanggup menolak putusan Bapak. aku hanya mau nitip tulisan ini untukmu namamu tak terukir dalam catatan harianku, asal usulmu tak hadir dalam diskusi kehidupanku, wajah wujudmu tak terlukis dalam sketsa mimpi-mimpiku, indah suaramu tak terekam dalam pita batinku, namun kau hidup dan mengaliri pori-pori cinta dan semangatku.sebab kau adalah hadiah terindah dari Tuhan untukku. dari yang mencintaimu, Intan

Aku kaget.. lho ini kan syair puisi dalam novel "ayat-ayat cinta" pikirku.
ah biar pun menjiplak mungkin kata-kata itulah yang mewakili hatinya saat ini.
Apapun yang kau katakan Intan. aku hanya bisa meratapi. apa yang bisa kuperbuat. apa yang bisa kuubah, toh kebo giro tlah mengalun sebagai tanda kau resmi jadi pengantin sementara aku hanya menikmati alunan dengan seribu rasa yang tak bisa kuungkap.
"Nug.... kamu jadi datang to di, ijabnya Intan sebentar lagi.." tiba-tiba budheku menyela
petir tlah terdengar. Aku hanya memandang budheku dengan tatapan kosong.
Budhe pun membisu melihat tatapanku.
Hanya alunan kbo giro semakin mengeras dan menusuk perasaanku.
Ning Nong Ning gung Ning Nong Ning gung

No comments: